Senin, 19 Februari 2018

Pengharapan sebuah Rezeki..


“Bukanlah yang dinamakan kaya karena banyak simpanan harta benda,
tetapi yang disebut kaya, adalah kaya diri (jiwa)”
(HR Bukhari dan Muslim)

Bismillahirrahmanirrahim...

Aku mulai menulis kembali sajak-sajak yang telah terbang melangit.

Tentang pengharapan sebuah Rezeki dan Kenikmatan, tentang hilangnya rasa Sykur dalam diri.. begitu kita tau sifat dasar manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang di dapatkannya yang selalu mencari kelebihan dri apa yang sudah ia punya.

Dunia itu ibarat air laut, semakin diminum hanya akan menambah haus.
Nafsu itu bagaikan fatamorgana di padang pasir,
Dunia dan Nafsu itu hanyalah bayang-bayang yang dapat dilihat namun sulit digapai.

Padahal ALLAH telah memberikan kenikmatan dan rezeki yang tiada tara pada kita, bukan begitu ?
Apa ? Bukan? jika bukan sebenarnya apa definisi “Nikmat dan Rezeki” menurut teman2 semua ?

Apakah punya uang banyak dengan harta melimpah ?
Jabatan tinggi dan terkenal ?

BUKAN, kita selama ini salah mengartikan nikmat yang telah di berikan ALLAH kepada kita  L selama ini kita berfikir bahwa uang banyak adalah tolak ukur besarnya nikmat ALLAH kepada kita.

·         Padahal langkah kaki yang di mudahkan untuk hadir ke Majelis Ilmu, itu adalah rezeqi
·         Langkah kaki yang di mudahkan untuk Sholat berjamaah di Masjid, adalah kenikmatan
·         Hati yang ALLAH jaga jauh dari iri, dengki dan kebencian adalah Rezeqi
·         Memiliki teman-teman yang Sholeh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu kenikamatan
·         Ketika kita terbangun dari tidur bisa bernafas dengan lega tanpa alat bantu, bisa melihat cerahnya dunia itu adalah nikmat
·         Bisa melantunkan Ayat suci AL QURAN itu kenikmatan, karena betapa ada orang di luar sana yang mengaji dengan tertatih-tatih yang memiliki harapan bisa lancar membaca AL QURAN
·         Saat keadaan sulit penuh keterbaasan itu juga REZEKI.
Mungkin jika dalam keadaan sebaliknya justru membuat kita Kufur, Sombong, Angkuh, bahkan lupa diri


Dan masih banyak rezeki dan kenikmatan yang mungkin kita tanpa sadar telah menerimanya.
Jadi, bahagia pun tolak ukurnya bukan dari UANG HARTA TAHTA.

Betapa banyak melihat di luar sana orang yang memiliki pekerjaan sederhana: berdagang cilok, berjualan es, berjualan mainan, Pedagang keliling, Petani, Peternak dan lain sebagainya malah terlihat lebih bahagia dari pada pekerja kantoran yang terlihat selalu rapi dengan menenteng tas dengan jabatan yang tinggi. Siapa mengira pekerjaan dan harta yang begitu melimpah malah membuat mereka diliputi rasa khawatir setiap harinya karena tanggung jawab, jauh dari ALLAH karena waktunya habis untuk urusan duniawi

Jadi, bersyukurlah dengan Rezeqi dan kenikmatan yang kia miliki sekarang. Pun bahwa sebenarnya kita merasa kurang , percayalah ALLAH Maha Kaya, ALLAH yang mengatur REZEKI kita..

Nikmat yang ALLAH beri baru akan terasa jika sudah hilang
Sesuatu itu selalu tampak indah karena belum kita miliki...

REZEKI kita telah diatur sebaik mungkin oleh sang Maha Kaya.

Lalu apa yang kita khwatirkan ?
Mari menjadi pribadi yang pandai bersyukur ^^
Karena hidup adalah waku yang dipinjamkan dan harta adalah ujian yang dipercayakan
Semua itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Bersabarlah sedikit lagi.
ALLAH sayang pada kita, maka dari itu ALLAH uji.
Justru yang harus kita waspadai adalah ketika hidup kita berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, padahal begitu banyak hak ALLAH dan kewajiban kita pada ALLAH yang belum atau tidak kita tunaikan.

Oleh : Elfina Rahmania
dengan referensi Grup SMART MATSURAT MOTIVATION

Tidak ada komentar:

Posting Komentar