A.
Latar Belakang
Tahanan yang cerdas
adalah tahanan yang ridho menerima kondisinya dan menyadari status dirinya,
sehingga meletakkan segalah kebutuhannya dalam batas-batas yang disediakan oleh
kondisi penjara, menjalani hari demi hari dengan penuh kesabaran dan kepatuhan
hingga masa tahanannya berakhir, lalu keluar dan bebas menyongsong dunia yang
lapang dan lega.
Amal yang pasti diterima adalah yang
dikerjakan dengan ikhlas. Amal hanya karena Allah semata, dan tidak ada harapan
kepada makhluk sedikit pun. Niat ikhlas bisa dilakukan sebelum amal dilakukan,
bisa juga disaat melakukan amal atau setelah amal dilakukan. Salah satu karunia
Allah yang harus disyukuri adalah adanya kesempatan untuk beramal. Menjadi
jalan kebaikan dan memberikan manfaat kepada orang lain. Karenanya, jangan
pernah menunda kebaikan ketika kesempatan itu datang. Lakukan kebaikan
semaksimal mungkin dan lupakan jasa yang sudah dilakukan. Serahkan segalanya
hanya kepada Allah. Itulah aplikasi dari amal yang ikhlas.
Sedemikian pentingnya kedudukan ikhlas
& ridho dalam amal ibadah, sehingga dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber
utama dalam ajaran Islam-terdapat banyak ayat yang membicarakan masalah ikhlas
& ridho dalam berbagai aspeknya. Oleh karena itu, sesuai dengan tema yang
telah ditentukan, kajian dalam tulisan ini akan berupaya memaparkan konsep
ikhlas & ridho.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimanakah menumbuhkan sifat ikhlas dan ridho?
b.
Pengertian ikhlas dan
ridho serta perbedaannya ?
c.
Faktor factor yang dapat merusak ke ikhlasan seseorang ?
C.
Tujuan Masalah
a. Mengerti arti ikhlas dan ridho,serta
bisa membedakannya .
b. Memahami hal-hal apa saja yang dapat
merusak keikhlasa seseorang .
c. Membiasakan diri dengan menumbuhkan
sifat iklas dan ridho .
D. Manfaat
Masalah
a. Agar mengerti arti ikhlas dan
ridho,serta bisa membedakannya .
b. Agar memahami hal-hal apa saja yang
dapat merusak keikhlasa seseorang .
c. Agar membiasakan diri dengan
menumbuhkan sifat iklas dan ridho .
E. ISI
I. Ridho
a)
Pengertian Ridho
Ridho berasal
dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan
lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah,
ridho adalah menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada,
menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa ridho
berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridho
Allah kepada hamba-Nya dan ridho hamba kepada Allah (Al-Mausu’ah Al-Islamiyyah
Al-’Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
”Allah ridho terhadap mereka
dan mereka pun ridho kepada-Nya.” (QS 98: 8).
Ridho
Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan
ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridho seorang hamba kepada Allah
mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah.
Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara
bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Dari definisi
ridho tersebut terkandung isyarat bahwa ridho bukan berarti menerima begitu
saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk
mengubahnya. Ridho tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak
diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridho. Dalam artian kita
meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah
tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman,
”Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” (QS 13: 11).
Hal ini berarti
ridho menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima
kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam
ridho terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan
lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai
suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu
perkara yang pahit. Karena ridho terhadap aturan Allah seperti perintah
mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan
Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.
Dengan
demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridho dan pasrah, yang kebanyakan
orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun
aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridho
terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan
sikap fatalisme. Sedangkan ridho justru mengajak orang untuk optimistis.
b)
Perbedaan antara ridha dan ikhlas
Terkadang ridho
disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas adalah dua hal
yang berbeda. Ridho (رِضً) berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan
takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai
sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka
adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya
pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya.
Perilaku yang
ditampakkan oleh seorang hamba yang ridho adalah ia tidak membenci apa yang
terjadi menimpa dirinya, sehingga terjadi atau tidak terjadi adalah sama saja
baginya.sementara Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan syariat yang ditujukan
hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang
lain.
Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepada-Nya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.
Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepada-Nya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.
c) Manfaat Ridho:
- Dengan ridho umat manusia akan
menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan
di masa depan dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau.
- Orang yang berhati ridho atas
keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya menjadi lapang, dan jauh dari sifat
iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak atau rakus.
- Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann,
terhadap ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan
amal shalehahnya.
- Dengan ridho setiap kesulitan
yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua
kemudahan.
- Dengan ridho akan menumbuhkan
rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat
dengan Allah SWT.
II. IKHAS
a.
Pengertian Ikhlas
Ikhlas
adalah salah satu hal yang bisa menyebabkan suatu amalan ibadah kita diterima
Allah Ta'ala. Yang dimaksud dengan pengertian ikhlas adalah memurnikan ibadah
atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap pahala dari Nya semata.
Jadi dalam beramal kita hanya mengharap balasan dari Allah, tidak dari manusia
atau makhluk-makhluk yang lain. Demikian adalah pengertian Ikhlas dalam
Islam.
Ikhlas
memang tidak mudah. Akan tetapi kita harus belajar dan mempraktekkan keihlasan
itu sendiri. Demikian pula seperti yang tercantum dalam hadits qudsi yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: "Sesunggunhnya Allah telah berfirman: Aku sangat tidak
butuh kepada sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang dia
menyekutukanKu di dalamnya maka akan Aku tinggalkan dia dan sekutunya"
(HR. Muslim).
b. Hal yang merusak
keikhlasan seseorang
Ada
beberapa hal yang merusak keikhlasan seseorang yaitu :
ü Riya’. Pengertian riya adalah
seseorang menampakan amalnya dengan tujuan orang lain melihatnya dan memujinya.
Dan hal inilah yang termasuk pembatal ikhlas dalam islam. Sehingga kita harus
berhati-hati terhadap ikhlas dan menanyakan pada diri kita sendiri Sudah
Ikhlaskah Kita ?. Dan ini termasuk dalam perbuatan syirik dan dikategorikan
syirik kecil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, maka para sahabat bertanya : ‘Apakah syirik kecil itu wahai
Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil itu adalah riya’. Pada hari
kiamat ketika manusia dibalas dengan amal perbuatannya Allah akan berkata kepada
orang-orang yang berbuat riya’, ‘Pergilah kalian kepada apa-apa yang membuat
kalian berbuat riya’, maka lihatlah apakah kalian mandapat balasan dari
mereka’"(HR. Ahmad ).
ü Ujub. Yang dimaksud dengan pengertian
ujub adalah seseorang berbangga diri
dengan amal-amalnya. Para ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab
terhapusnya pahala seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa ujub sebagai hal-hal yang membinasakan. Beliau bersabda yang
artinya: "Hal-hal yang membinasakan ada tiga yaitu: berbangganya seseorang
dengan dirinya, kikir yang dituruti, dan hawa nafsu yang diikuti"(HR.
Al-Bazzar ).
ü Sum’ah. Pengertian sumah adalah adalah
seseorang beramal dengan tujuan agar orang lain mendengar amalnya tersebut lalu
memujinya. Maka bahaya sum’ah sama dengan bahaya riya’ dan pelakunya terancam
tidak akan mendapatkan balasan dari Allah, bahkan Allah akan membuka semua
keburukannya di hadapan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang memperdengarkan amalannya maka
Allah akan memperdengarkan kejelekan niatnya dan barang siapa yang beramal
karena riya’ maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia"(HR.
Bukhari dan Muslim)
c.
Balasan Orang yang Tidak
Ikhlas
Maksud Hadis
Nabi SAW: “Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari kiamat nanti
adalah seseorang yang mati syahid, di mana dia dihadapkan dan diperlihatkan
kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian
ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Saya
berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu dusta,
kamu berjuang (dengan niat) agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah
terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang
akhirnya dia dilemparkan ke An Nar (neraka).
Kedua,
seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur’an, dia
dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia
pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat
itu? Ia menjawab: Saya telah belajar dan mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu. Allah
berfirman: Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan niat) agar dikatakan
sebagai orang yang alim (pintar), dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan
sebagai seorang Qari’ (ahli membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu yang akhirnya dia
dilemparkan ke dalam An Nar (neraka).
Ketiga,
seseorang yang dilapangkan rezekinya dan dikurniai berbagai macam kekayaan,
lalu dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya
serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap
nikmat itu? Ia menjawab: Tidak pernah aku tinggalkan suatu jalan yang Engkau
sukai untuk berinfaq kepadanya, kecuali pasti aku akan berinfaq kerana Engkau.
Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berbuat itu (dengan niat) agar dikatakan
sebagai orang yang dermawan, dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah
memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke
dalam An Nar.” (HR Muslim)
Demikianlah
ketiga orang yang beramal dengan amalan mulia tetapi tidak didasari keikhlasan
kepada Allah. Allah lemparkan mereka ke dalam An Nar (neraka). Semoga kita
termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran daripada kisah tersebut. “
d. Manfaat & Keutamaan Ikhlas
Bila kita
senantiasa ikhlas beribadah,ada manfaat yang dapat kita rasakan diantaranya
yaitu :
1. Membuat hidup menjadi tenang
dan tenteram
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Dibukanya pintu Ampunan, dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8. Akan mendapatkan Naungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .di hari kiamat.
9. Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan
yang salah.
10. Allah Subhanahu wa Ta’ala’ akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang
ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala)
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Dibukanya pintu Ampunan, dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8. Akan mendapatkan Naungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .di hari kiamat.
9. Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan
yang salah.
10. Allah Subhanahu wa Ta’ala’ akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang
ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala)
F.
Kesimpulan
Terkadang ridho
disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas adalah dua hal
yang berbeda. Ridho (رِضً) berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir
(qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya
bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik
menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah
akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya.
Ridha merupakan menerima dengan senang segala apa yang
diberikan oleh Allah SWT.
Ridha juga dapat menjauhkan diri
dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia,yang membuat
seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat kelak
Secara etimologis, kata
ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal dari akar kata
khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam
arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa saja
harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.
Dan orang yang tidak
ikhlas atau mengerjakan sesuatu bukan karna Allah dinamakan musyrik yang akan
disiksa didalam neraka.
(Dari berbagai sumber)